Andre Rosiade Gerindra Bantah Setting Sewa PSK di Hotel buat Digerebek

Anggota DPR
RI Fraksi Partai Gerindra Andre Rosiade membantah ikut terlibat dan
merencanakan penggerebekan terhadap NN, perempuan berusia 26 tahun yang
berprofesi sebagai PSK di Kota Padang, Sumatera Barat.
Andre,
berdasarkan keterangan Polda Sumbar, menyuruh orang, mulai dari memesan NN
melalui aplikasi MiChat, hingga memesan kamar di hotel.
Namun, Andre
kepada Suara.com, Selasa (4/2/2020), menegaskan bukan dirinya yang memesan NN.
"Kan
udah gua jelasin di situ, bahwa pertama gua gak pernah mesen, tidak pernah nama
gua mesen. Kan bisa dicek di resepsionis, ada gak nama gua datang ke
resepsionis, datang bayar, enggak ada," kata Andre, Selasa sore.
Andre
mengklaim, hanya menyerap aspirasi masyarakat yang merasa diresahkan praktik
prostitusi online melalui apkikasi MiChat.
"Jadi
begini, prostitusi online itu fakta dan nyata, yang selama ini coba untuk
ditutup-tutupi. Jadi gua hanya mendengarkan aspirasi masyarakat di Sumatra
Barat yang sudah resah. Prostitusi ini merajalela di Sumatra Barat, karaoke
ilegal banyak, orang jual miras ilegal banyak, lalu prostitusi online
banyak."
Makanya,
kata dia, “Karena laporan masyarakat, gua mengajak polisi, gua laporkan ke
polisi, pak ini aplikasi MiChat dipakai untuk porstitusi online, ya sudah kita
buktikan bersama-sama. Polisi yang gerebek di dalam dan memang terbukti ditahan
oleh polisi. Coba tanya dong sama polisi, udah berapa kali yang bersangkutan
transaksi," kata Andre.
Untuk
diketahui, sudah lebih dari sepekan, perempuan berusia 26 tahun berinisial NN
yang berprofesi sebagai PSK di Padang, Sumatera Barat, meringkuk di sel tahanan
Polda Sumbar.
NN digerebek
di salah satu hotel berbintang Kota Padang. NN saat ini ditahan oleh penyidik
Polda Sumbar.
Meski
demikian, pertanyaan tentang siapa lelaki yang berada di Ruang 606 bersama NN
masih samar.
Berbeda
dengan AS (24), pria diduga muncikari yang ditangkap di Lantai 1 di hotel
itu—ketika digerebek, NN berada di dalam Ruang 606 bersama seorang pria.
Saat
dihubungi Covesia—jaringan Suara.com, via telepon pada hari kejadian, Minggu
(26/1/2020), Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto
menyatakan, penggerebekan itu dilakukan berkat informasi anggota DPR RI Andre
Rosiade.
Andre
Rosiade, kata Stefanus, ingin membuktikan di Kota Padang banyak terjadi
prostitusi daring.
Ketua DPD
Partai Gerindra Sumbar itu, kata Stefanus pula, ingin 'membuka mata' Pemerintah
Kota Padang dan DPRD Sumbar agar tidak membiarkan polisi bekerja sendiri,
melainkan harus bisa bekerja sama.
"Andre
ini ingin ikut serta memberantas maksiat tersebut. Ia memancing dan memesan
pekerja seks komersial dengan masuk ke aplikasi MiChat melalui akun temannya.
Iapun melakukan transaksi dan disepakati harga Rp 800.000 di salah satu hotel
di Kota Padang," kata Bayu seperti diberitakan Covesia, Selasa (4/2/2020).
Setelah itu,
beredar informasi pria bersama NN adalah "orang suruhan" Andre
Rosiade.
Orang
tersebut diduga dibayar Andre untuk menjebak NN, dengan tujuan membuktikan
prostitusi daring nyata di Kota Padang.
Jeritan hati
NN
Untuk
mengonfirmasi hal tersebut, Covesia.com mencoba menemui NN secara langsung.
Berkat bantuan Kombes Stefanus, wawancara bisa dilakukan di Mapolda Sumbar,
Senin (3/2/2020) siang.
Saat
wawancara, NN menggunakan baju kaos didominasi warna hitam dengan rambut
dikuncir ke belakang.
Iapun sempat
menitikkan air mata ketika mengungkapkan kronologi penggerebekan itu.
Dalam wawancara itu, NN mengakui
digerebek setelah “dipakai” oleh pria yang merupakan kliennya.
Berdasarkan
keterangan pers yang diterima oleh Covesia dari Stefanus, Andre Rosiade
"memancing dan memesan" PSK dengan masuk MiChat melalui akun temannya
atas nama Rio.
Meski
demikian, kata NN pula, dia tidak kenal siapa pelanggannya itu sebelumnya. Dia
juga tidak pernah bertanya kepada AS sang mucikari. Urusannya di ruangan dan
menerima bayaran.
Jadi, pada
hari kejadian itu, AS mengantar NN hingga ke depan pintu kamar 606 sekitar
pukul 14.00 WIB.
"AS
hanya sampai depan pintu kamar. Hanya menunjukkan ini nomor kamarnya,"
ujar NN.
Ketika NN
masuk ke dalam, pelanggan sudah menunggunya.
"Pertama
kali masuk, dia bertanya tentang harga. Lalu aku bilang tadi bukannya sudah
deal di chat (dengan AS)? Ya, berapa (tanyanya)? Aku bilang delapan ratus ribu
kan! (Dia jawab) lima ratus ribu bagaimana, tiga ratus ribu lagi ditransfer.
Kebetulan aku punya e-bangking. Oh ya sudah boleh, aku bilang. Kan sama."
"Ternyata,
(pria itu mengaku bahwa) e-bangking-nya tidak bisa digunakan. (Dia menawarkan)
bagaimana kalau nanti setelah 'main', sisanya dia ke bawah, aku pegang
handphone-nya. Aku jawab tidak bisa. Kalau mau, abang turun saja dulu. Ambil
uangnya. Lanjut, dia lalu bilang gimana Rp 750.000, ini aku ada nih, ini uang
jajanku enggak ada lagi ni. Dia akhirnya mengeluarkan uang Rp 750.000 yang
kemarin jadi barang bukti," kata NN menceritakan kronologi.
Setelah
menyepakati soal tarif, NN dan pria
tersebut melakukan hubungan badan di kamar mandi hotel tersebut.
Nah,
beberapa saat setelah itu, dia mendengar ada yang memencet bel pintu. NN sempat
bertanya kepada pria yang bersamanya tentang siapa orang yang telah memencet
bel pintu.
Pria itu
menjawab bahwa yang memencet bel mungkin petugas kebersihan kamar hotel.
Padahal,
menurut NN, kamarnya masih rapi. Pria itu lalu keluar dari kamar mandi dan
mengambil bajunya yang dilepaskan sebelumnya.
"Karena
panik, aku ngikutin dia dari belakang. Dia membuka pintu, aku di belakang dia.
Aku nyari handuk tidak ada di situ. Biasanya semua hotel, handuk ada. Kalau ini
enggak ada. Ini kok kayak direncanain gitu. Maksudnya, kalau memang mau
menggerebek aku. Begitu ketuk pintu, wartawan ada, aku juga kan enggak bisa
lari. Aku juga enggak bisa bohong. Bukti ada, aku enggak bisa bohong,"
jelas NN.
Namun, dari
penggerebakan yang direncakan itu, ada hal yang mengganjal bagi NN, ialah
mengapa dirinya 'dipakai' terlebih dahulu baru digerebek.
"Mengapa
harus ‘pakai’ aku dulu," ujarnya dengan suara terbata-bata, kesal.
Ketika pria
yang telah menggunakan jasanya itu membuka pintu, NN tidak tahu lagi pria itu
ke mana, alias hilang tanpa jejak.
Soalnya,
banyak orang yang masuk lewat pintu itu. NN awalnya terjepit di belakang pintu.
Melihat
orang-orang membawa kamera, dalam keadaan masih bugil, NN lalu lari bersembunyi
ke kamar mandi.
"Aku
bilang, aku tidak mau keluar jika tidak ada yang ngambil baju," ujarnya.
Untung saja,
saat itu, ada seorang wanita yang yang membantunya mengambilkan pakaian yang
tergeletak di salah satu pojok sudut
kasur. Setelah memasang pakaian, NN baru keluar.
"Kejadian
penggerebekan itu terjadi sekitar 14.30 WIB," ujarnya.
NN
menegaskan, dia tidak kenal siapa pelanggan yang bersamanya. Dia juga tidak
tahu yang memesannya kepada AS itu atas nama Rio adalah Andre Rosiade. Dia
bahkan tidak tahu Andre Rosiade itu siapa.
Berdasarkan
struk reservasi yang diperoleh Covesia, Andre Rosiade mem-booking hotel
tersebut pada 26 Januari 2020 dengan waktu check-in pukul 14.00 WIB. Sementara
waktu check out pukul 12.00 WIB pada tanggal 27 Januari 2020.
Andre
Rosiade memesan hotel tersebut dengan menggunakan KTP atas nama Bimo Nurahman,
pria kelahiran Jakarta, 21 Juni 1994, belakangan diketahui pria itu merupakan
ajudan Andre.
Covesia.com
menemukan foto profil Bimo Nurahman di LinkedIn dan memperlihatkan foto wajah
Bimo tersebut kepada NN melalui layar android. Kata NN, bukan pria itu yang
bersamanya di kamar.
"Orang
yang bersama saya umurnya mungkin sekitar 40-an," terang NN.
NN berharap
dia bisa dibebaskan. Untuk saat ini, anaknya sedang dititipkan kepada
tetangganya.
Saat NN
minta dia dibebaskan, Kabid Humas Polda Sumbar Stefanus yang duduk di sebelah
saat wawancara tersebut mengungkapkan "Jalani dulu prosesnya."
Sumber :
Suara.com
0 Response to "Andre Rosiade Gerindra Bantah Setting Sewa PSK di Hotel buat Digerebek"
Post a Comment