Rusunami DP Nol Rupiah Dinilai Layak Disetop. Masih Belum Meyakinkan

Jakarta,
- Anggota Komisi E DPRD DKI, Merry Hotma menilai, pelaksanaan program rusunami
DP Nol Rupiah layak disetop untuk selanjutnya dievaluasi. Dia mengaku khawatir
program tersebut lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya mengingat
peruntukan dan skema pembayaran rusunami DP Nol Rupiah masih belum meyakinkan.
"Kalau
dari kami lebih baik program itu disetop dulu. Di tingkat komisi kami mau
memanggil dinas dan BUMD terkait untuk memastikan apakah target dan
pelaksanaannya sesuai," kata Merry, di Jakarta, Senin (29/7/2019).
Merry
menyoroti syarat penghasilan di bawah Rp 7 juta bagi warga yang mau membeli
unit di rusunami Klapa Village, Jakarta Timur (Jaktim). Poin tersebut
menunjukan bahwa hunian DP Nol Rupiah tidak berpihak pada masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). Artinya program tersebut tidak memprioritaskan
warga miskin yang sejatinya layak untuk didahulukan.
Rusunami
DP Nol Rupiah Klapa Village sudah siap huni. Hasil pemeriksaan terakhir
sedikitnya 220 orang dinyatakan lolos verifikasi untuk mengajukan kredit
pembiayaan rumah (KPR) melalui Bank DKI. Klapa Village yang bangunannya terdiri
dari 21 lantai menyediakan tiga tipe hunian yakni, tipe 36, tipe 21 dan tipe
studio. Untuk sementara yang tersedia hanya tipe 36 dan 21. Ke depan, rusunami
tersebut bakal memiliki total lebih dari 700 unit.
Merry
mempertanyakan mengapa syarat warga membeli rusunami DP Nol Rupiah harus
berpenghasilan Rp 7 juta. Seharusnya yang dikedepankan adalah mereka yang
memiliki pendapatan di bawah UMR. Dia malah menilai PPSU layak diprioritaskan
memiliki rusunami DP Nol Rupiah tersebut.
"Apa
jaminannya 200 orang yang lolos verifikasi benar-benar bahwa mereka adalah
warga yang tepat untuk dibantu? Mengapa bukan PPSU saja atau warga yang
berpenghasilan UMR diprioritaskan?" ujar Merry.
Pengamat
perkotaan, Nirwono Joga mendukung usulan program pengadaan rusunami DP Nol
Rupiah layak dihentikan dulu untuk dievaluasi. Sebabnya, masih banyak warga
yang belum memahami bahwa mereka tetap membayar uang muka mengganti yang
ditalangi menggunakan APBD.
"DP
Nol Rupiah maksudnya uang mukanya ditalangi dahulu oleh pemda dengan APBD. Ini
juga harus dicek kembali apakah melanggar atau tidak. Artinya si calon pembeli
tetap dibebankan untuk mengganti uang muka tersebut di kemudian hari. Jadi
DP-nya tidak gratis," tekan dia.
Menurut
Niwono, talangan dari pemprov tidak dijelaskan dengan rinci apakah hal itu
dimungkinkan secara hukum. Apalagi masa tenornya mencapai 20 tahun sehingga
dibutuhkan garansi jika nantinya terjadi pergantian gubernur, skema yang
berlaku sekarang tidak mengalami penyesuaian.
"Kredit
20 tahun harus dipastikan dahulu bank apa yang menggaransi dan apakah ada
jaminan nanti kalau ganti gubernur setiap 5 tahun, kebijakan gubernur juga akan
berubah, siapa yang akan bertanggung jawab, jika program berhenti atau kredit
pembayarannya macet," kata Nirwono.
Nirwono
menilai, penyediaan rumah bagi warga cukup mengoptimalkan rusunawa di tengah
kota seperti yang sedang dibangun di Pasar Rumput. Sedangkan rusunami DP Nol
Rupiah dinilai terlalu berisiko dan
tidak menjangkau kalangan MBR yang sangat membutuhkan.
"Bagi
keluarga MBR yang paling realistis adalah rusunawa di tengah kota, seperti di
Pasar Rumput yang sedang dibangun," ujarnya. [Beritasatu.com]
0 Response to "Rusunami DP Nol Rupiah Dinilai Layak Disetop. Masih Belum Meyakinkan"
Post a Comment