Lidah Mertua Tidak Efektif Menjawab Polusi Udara di Jakarta

Dalam
rangka mengatasi polusi, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan berencana
membagikan tanaman lidah mertua yang dinilai dapat mengatasi masalah polusi
udara. Namun, sayangnya pakar tanaman hutan kota dan jasa lingkungan Institut
Pertanian Bogor (IPB) Endes N Dahlan menilai, lidah mertua berdaya rendah dalam
menyerap emisi kendaraan bermotor.
"Lidah
mertua yang tingginya kurang dari satu meter dan lebarnya cuma tiga sentimeter
tidak efektif dalam menyerap polusi udara dibandingkan tumbuhan dan pepohonan
yang tinggi," ujarnya.
Dikatakannya,
setiap tumbuhan dapat menyerap gas buang kendaraan seperti karbon monooksida
(CO), sulfur (Sox), hingga senyawa nitrogen oksida (Nox). Namun salah satu
faktor yang penting yaitu tinggi dan banyaknya daun menentukan efektivitas
penyerapan emisi gas buang kendaraan.
Menurutnya,
pepohonan jenis trembesi, mahoni, beringin punya kemampuan lebih besar menyerap
polusi udara ketimbang tanaman lidah mertua yang memiliki sedikit daun.
"Semakin banyak daunnya, semakin lebar luasan permukaanya, semakin besar
kapasitas daya serapnya," katanya.
Selain
itu, pohon juga harus ditanam di jalur yang memiliki tingkat polusi tinggi.
"Lebih
bagus, di kanan kiri jalan atau di trotoar pembatas jalan turut ditanam pohon
juga. Sehingga sebelum polusi itu merambah ke jalan raya diserap dulu oleh
pepohonan, dan memberikan efek teduh," katanya.
Endes
menilai, menanam pohon dan memperbanyak taman kota inilah yang membuat Surabaya
kini menjadi adem berkat upaya Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Karena,
semakin banyak kendaraan harus selaras dengan banyaknya penanaman pohon guna
menyerap polusi.
"(Penyebab)
polusi udara kan, jadi lomba-lomba jumlah kendaraan. Saya rasa kalau industri
kecil sekali (pengaruhnya) di Jakarta sama Surabaya, tapi yang banyak itu dari
kendaraan. Nah itu harus diimbangi (dengan pohon)," ujarnya. [Trubus.id]
0 Response to "Lidah Mertua Tidak Efektif Menjawab Polusi Udara di Jakarta"
Post a Comment