Kenapa Pengantin Baru Suku Batak Tak Bisa Nikmati Malam Pertama?
Berita
Pojok - Masing-masing suku di Nusantara memiliki tradisi masing-masing yang
berbeda dan unik, termasuk dalam tradisi pernikahan atau perkawinan. Lebih
khusus lagi tentang tradisi malam pertama bagi pengantin baru.
Salah
satu suku yang memiliki tradisi yang berbeda dan unik tentang hari pernikahan,
terutama tentang malam pertama pengantin baru ini adalah suku Batak di Sumatera
Utara.
Namun,
sebelum memaparkan tentang keunikan dalam tradisi suku Batak, di sini
dipaparkan salah satu suku lainnya di Palembang, Sumatera Selatan, yaitu suku
Al Munawar, di mana di suku tersebut ada pernikahan warga keturunan Arab.
Bagaimana
perbedaan itu? Biasanya, pada acara akad nikah, pengantin perempuan dan
laki-laki berada di satu tempat. Di kampung itu pengantin perempuan dilarang
bertemu calon suaminya.
Seremoni
akad pernikahan hanya dihadiri orang tua laki-laki dari pihak perempuan. Begitu
juga dengan para saksi nikah, semua ada di dalam ruangan hanya dipenuhi kaum
pria. Tak seorang pun perempuan dibolehkan masuk hingga prosesi akad selesai.
Yang
sangat menarik dari tradisi perkawinan dalam suku Al Munawar, yakni ada istilah
nunggu kamar pada malam pertama. Dalam hal mana, pada malam pertama pernikahan,
sepasang pengantin itu akan ditemani seorang anggota keluarga dari pihak perempuan.
Menurut
sejumlah sumber, bahwa tradisi nunggu kamar ini masih dijalankan sampai
sekarang. Jadi, di kamar pengantin akan ditunggu ibu dari perempuan. Yang
menunggu harus perempuan, pengantinnya tetap ada di kamar. Tradisi ini
dilakukan dua sampai tiga hari.
Sedangkan
di sebuah suku di Cali, Colombia, ibu mertua yang wajib menonton atau
menyaksikan malam pertama anak dan mantunya.
Woow!
Perkawinan baru dikatakan sah setelah malam pertama itu ditonton dan disaksikan
oleh ibu mertua wanita dari pengantin baru.
Lalu,
bagaimana dengan tradisi malam pertama suku Batak, khususnya Batak Toba di
zaman dulu, sebelum tahun 1945? Ternyata suku Batak Toba, pengantin baru tidak
bisa menikmati malam pertama perkawinannya. Kok bisa?
Begini
kisahnya. Setelah mengikuti acara adat Batak sampai sore atau malam hari,
pengantin sudah ditagih oleh kawan-kawannya untuk melakukan pesta naposo (pesta
muda-mudi). Tradisi ini setidaknya terjadi di Tano Batak sebelum tahun 1945.
Pesta
ini praktis membuat pengantin satu malam tidak bisa tidur. Otomatis pengantin
pun tidak bisa menikmati malam pertamanya. Woow, kasihan sekali bukan? Tetapi,
itulah tradisi.
Prof.
Dr. Bungaran Simanjuntak lewat bukunya ‘Sistem Sosial dan Sistem Politik Batak
Toba hingga 1945’ (2006) menyebutkan, pesta ini adalah pesta initiate
(peralihan status) bagi pengantin wanita.
Untuk
pengantin wanita, hal ini menjadi tanda perpisahan karena mulai besok paginya
dia bukan anak gadis lagi dan tidak boleh bergaul bebas seperti masih gadis.
Dirinya sudah berstatus seorang ibu atau orang tua.
Karena
alasan itu, setelah pesta hampir usai pada pagi hari, para gadis-gadis ini
biasanya menangisi pengantin perempuan. Tangisan itu menandai pengantin tidak
lagi menjadi bagian muda-mudi, tetapi natua-tua (orangtua).
Sementara
itu, dalam pesta naposo, pengantin pria harus memberi jambar naposo (bagian
muda-mudi) kepada setiap pemuda maupun pemudi yang hadir. Jambarini bisa berupa
yang atau benda yang lain.
Uniknya,
pesta naposo juga sering kali dimanfaatkan oleh para pemuda-pemuda teman
pengantin pria untuk berkenalan dengan gadis-gadis yang juga hadir dalam acara
tersebut.
Tidak
jarang dari situ juga tercipta hubungan baru dari muda-mudi sebagaimana awal
pacaran, -istilah anak sekarang- yang bisa sampai ke pelaminan. Begitulah pesta
naposo (pesta muda-mudi).
Di
satu sisi membuat pengantin baru tidak bisa menikmati malam pertamanya, tapi di
sisi lain memberi berkat buat kawan-kawannya yang masih lajang, dan mulai
pacaran, atau yang sedang pacaran biar cepat-cepat menikah.
Tapi,
jangan-jangan orang suku Batak Toba zaman dulu tidak kenal apa yang disebut
dengan tradisi malam pertama, yang merupakan suatu malam yang ditunggu-tunggu
oleh pasangan yang sedang jatuh cinta dan ingin meneruskan cintanya ke
pelaminan dalam mahligai rumah tangga. Bisa jadi.
Sumber
: netralnews.com
0 Response to "Kenapa Pengantin Baru Suku Batak Tak Bisa Nikmati Malam Pertama?"
Post a Comment