Lem Aibon Bikin 2 Pejabat DKI Mundur, Anies Baswedan Evaluasi Kepemimpinan

JAKARTA
- Mundurnya dua pejabat Provinsi DKI Jakarta hingga saat ini masih menjadi
sorotan publik. Bagaimana tidak, keduanya mundur di tengah pembahasan anggaran
yang menuai kontroversi karena banyaknya kejanggalan.
Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Sri Mahendra Satria Wirawan dan Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Edy Junaedi mundur saat tengah pembahasan
anggaran Kebijakan Umum Anggaran-Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS)
untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020.
Edy
sendiri diduga mengundurkan diri setelah anggaran untuk influencer sebesar Rp 5
miliar dipertanyakan publik.
Sedangkan
Mahendra diduga mundur karena Bappeda sendiri punya peran vital, bertugas
mengoordinasikan seluruh dokumen rancangan anggaran.
Tak
hanya masyarakat, para anggota DPRD DKI Jakarta yang merupakan mitra Pemprov
DKI Jakarta juga turut buka suara atas pengunduran diri keduanya.
DI-P
sebut ada tekanan dari pimpinan Ketua Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta Gembong
Warsono menyayangkan pengunduran diri dua pejabat Pemprov DKI Jakarta tersebut.
Dia
menduga, dua pejabat itu mundur karena ada tekanan dari atasan mereka.
"Kami
hormati sikap (mundur) itu. Tapi yang kedua, kami sayangkan di saat pertempuran
pembahasan APBD mereka mengundurkan diri, kan gitu. Kenapa tidak menyelesaikan
peperangan sampai selesai, baru mundur? Itu saja yang kami sayangkan,"
kata Gembong saat dihubungi Sabtu (2/11/2019).
Gembong
menduga, pengunduran diri dua pejabat tersebut tak lepas dari tekanan Gubernur
DKI Jakarta Anies Baswedan.
Soalnya,
banyak usulan anggaran yang ditemukan janggal, seperti ada usulan anggaran Rp 5
miliar untuk lima influencer di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
"Bisa
saja dengan hiruk pikuknya pembahasan APBD itu ada tekanan dari pimpinannya.
Ini kan cukup hiruk pikuk pembahasan APBD sekarang ini. Tapi kenapa itu
terjadi, karena memang perencanaan kita sangat lemah," kata Gembong.
Meski
demikian, pengunduran diri dua pejabat tersebut, menurut Gembong tak akan
menghambat pembahasan anggaran yang saat ini berjalan.
"Pembahasan
sih enggak ada soal. Pembahasan masih berjalan normal saja, enggak berpengaruh.
Namanya aparatur kita kan sistemnya sudah berjalan, siapa pun yang
mengendalikan kan enggak ada soal," ujar Gembong.
Gerindra nilai keduanya tak
mampu kerja
Berbeda
dengan Fraksi PDI-P, Fraksi Gerindra menilai pengunduran diri keduanya memang
karena ketidakmampuan mereka dalam bekerja.
"Menunjukkan
kinerja yang tidak mampu bekerja kemudian mengundurkan diri. Yang saya ketahui
ada rekam jejaknya. Mereka bermasalah, salah satu pemicunya itu (kelalaian
input data). Bappeda kan punya tupoksi leading sector untuk menyusun KUA-PPAS
perencanaan semua masing-masing SKPD," kata Anggota DPRD Fraksi Partai
Gerindra Syarif.
"Ketika
ada kejanggalan seperti itu baru terjadi polemik, yang diminta pertanggung
jawaban tentu yang punya kewenangan itu, ya Pak Hendra," lanjut dia.
Ia
tidak sepakat dengan penilaian anggota DPRD yang lain yang melihat bahwa
mundurnya dua pejabat tersebut karena ketidakmampuan Anies dalam mengontrol
kinerja bawahannya.
Syarif
menilai, Anies sudah melakukan penyisiran anggaran.
Maka
ketika ada yang masih janggal itu merupakan salah kepala dinasnya.
"Wong
justru Pak Anies mampu mengatasi lebih dari prediksi publik, Pak Anies mampu
mengatasi itu. Menurut saya kan Pak Anies bilang di Youtube tanggal 23, kemarin
"Saya tujuh hari sebelum soal lem aibon dan lain-lain sudah menyisir, dan
memotong anggaran itu, saya di dalam ruangan bersama jajaran saya tidak perlu
memperumit masalah" kan begitu berarti Pak anies mampu, ya kan,"
ujarnya.
PSI
minta Anies evaluasi gaya kepemimpinan Menurut Fraksi PSI, pengunduran diri
kedua dua pejabat Pemprov DKI berkaitan dengan sistem penyusunan penyusunan
anggaran yang tidak transparan dan buruk di DKI Jakarta.
“Kontrol
kebijakan ada di gubernur. Jadi saya enggak sama sekali menyalahkan Kadisparbud
dan Kepala Bappeda karena semua tanggung jawab ada di gubernur,” kata anggota
DPRD DKI Fraksi PSI William Aditya Sarana.
Politisi
muda itu meyakini, para aparatur sipil negara (ASN) yang bekerja di lingkungan
Pemprov DKI sebenarnya siap untuk transparan dalam pembahasan anggaran.
Namun,
Anies yang menutup-nutupi proses pembuatan anggaran.
Hal
itu menyebabkan para ASN tersebut mendapat tekanan dari publik setelah beberapa
kejanggalan anggaran yang diusulkan terkuak.
“Kami
enggak mau salahkan ASN karena dasarnya ASN siap transparan. Mereka sudah biasa
dikritik dan dikuliti,” kata dia Ia berharap agar kejadian itu bisa menjadi
pemantik bagi Anies mengevaluasi gaya kepemimpinannya.
“Seharusnya
kejadian ini menjadi momentum untuk dia evaluasi gaya kepemimpinannya ini,”
ujar William. [TRIBUNJAMBI.COM]
0 Response to "Lem Aibon Bikin 2 Pejabat DKI Mundur, Anies Baswedan Evaluasi Kepemimpinan"
Post a Comment