Rumah Pergerakan Gus Dur Hadirkan 50 Ribu Kader ke GBK

JAKARTA
– Gus Durian yang tergabung dalam Rumah Pergerakan Gus Dur (RPGD) ikut
menghadiri kampanye akbar pasangan calon (paslon) 01, di Gelora Bung Karno
(GBK), Sabtu (13/4). RPGD mengerahkan 50 ribu kader dan anggota ke Konser Putih
Jokowi-Ma'ruf.
Konser
Putih sekaligus menjadi puncak kampanye akbar di Zona DKI Jakarta untuk
pasangan Jokowi-Ma'ruf dan tim serta relawan pendukung. Pendukung Jokowi-KH
Maruf Amin dari rumah pergerakan Gus Dur menggunakan huruf Arab pegon
bertuliskan 'Tetap Jokowi' pada ikat kepala maupun kaos selama masa kampanye.
Koordinator
Rumah Pergerakan Gus Dur (RPGD), Yenny Wahid mengatakan penggunaan huruf Arab
pegon ini bukan merupakan simbol dari politik aliran. "Huruf pegon justru
dipakai sebagai perlawanan terhadap penggunaan aksara Arab yang selama ini
dianggap simbol politik aliran atau politik identitas,” kata Yenny Wahid, di
sela kegiatan Konser Putih BerSatu di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta,
Sabtu (13/4).
Yenny
menyatakan hal itu untuk merespons pertanyaan seputar penggunaan huruf Arab
pegon pada ikat kepala dan kaos yang selama masa kampanye Pilpres 2019, sering
dipakai oleh relawan RPGD. Termasuk Yenny Wahid sendiri, yang kerap tampil
berkaos atau berjaket dengan ciri desain bertuliskan Arab pegon.
”Ada
kesengajaan dari pihak-pihak tertentu yang menggunakan aksara Arab untuk
memecah belah bangsa, bukan mempersatukan seperti asalnya. Atribut bertuliskan
huruf Arab yang dibawa massa dipakai sebagai penunjuk politik aliran. Bahkan,
persaingan kedua calon presiden pun dinilai dari identitas keislamannya,” urai
Yenny.
Padahal,
dalam sejarahnya, huruf atau aksara Arab adalah salah satu dari ribuan aksara
dari berbagai bangsa di dunia yang – oleh bangsa Arab – digunakan tidak hanya
untuk kepentingan agama. Tetapi juga keperluan ekonomi, politik, dan urusan
kehidupan lainnya.
Istilah
Arab pegon itu sendiri, kata Yenny, berawal dari modifikasi huruf Arab untuk
menuliskan bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa Sunda, serta bahasa daerah
lainnya. Tulisan ini berkembang setelah Islam menjadi agama mayoritas rakyat
Nusantara.
"Sebelumnya,
suku-suku bangsa di kepulauan Nusantara menggunakan aksara Pallawa dari bahasa
Sansekerta yang berasal dari India Selatan," ujar putri Presiden ke-3 RI,
KH Abdurrahman Wahid ini.
Diakui
Yenny, penggunaan ikat kepala dan kaos ”Tetap Jokowi” dalam huruf Arab pegon,
memang upaya untuk mengingatkan kembali pada sejarah yang hilang. ”Sejarah
ketika banyak suku bangsa di Indonesia menggunakan huruf Arab untuk menuliskan
bahasa daerahnya bagi keperluan sehari-hari. Masa sebelum huruf Latin
diperkenalkan oleh penjajah Belanda seperti yang dipakai sampai sekarang,"
tuturnya.
Pada
masanya, lanjut Yenny, huruf Arab pegon sempat dipakai meluas di kalangan
pesantren, untuk menulis terjemahan Alquran, menulis naskah-naskah khutbah,
hingga menulis adaptasi karya-karya sastra dari Persia, Arab maupun
negara-negara Timur Tengah lainnya.
"Meskipun
kegiatan literasi masih hidup di pesantren-pesantren, namun huruf Arab pegon
sudah semakin jarang digunakan. Ini yang kemudian mengilhami teman-teman
relawan RPGD untuk memakai Arab pegon, sekaligus sebagai kritik terhadap
penggunaan aksara Arab yang keliru dan salah kaprah," tegas Yenny.
Dalam
pemaknaan yang lebih luas, menurut Yenny, penggunaan Arab pegon dalam konteks
kekinian tidak lepas dari upaya melestarikan kekayaan budaya Nusantara.
"Kita dituntut sigap mengantisipasi perubahan cepat yang muncul sebagai
dampak Revolusi Industri 4.0. Namun, kita tetap tidak boleh menangggalkan
kearifan lokal, bahkan hingga ke tingkat penggunaan Arab pegon," ujarnya.
Sementara
itu, Kader RPGD Abdullah Nur mengatakan, penggunaan Arab Pegon bertuliskan
'Tetap Jokowi' membuat pesta demokrasi semakin berwarna. Menurutnya, penggunaan
tulisan ini tak ada kaitannya dengan politik identitas. Sebab, selain tulisan
Arab bisa dikreasikan sedemikian estestik, maka penggunaan pegon 'Tetap Jokowi'
menarik minat masyarakat untuk membeli.
"Setelah
pegon 'Tetap Jokowi' dipakai Mbak Yenny, banyak warga yang mau beli. Ada juga
yang menjiplak, bikin sendiri-sendiri," ucapnya di Komplek GBK. [REPUBLIKA.CO.ID]
0 Response to "Rumah Pergerakan Gus Dur Hadirkan 50 Ribu Kader ke GBK"
Post a Comment