Farhat Abbas dan Ratna Sarumpaet, Timses yang Dibuang karena Blunder

Pengakuan
aktivis perempuan Ratna Sarumpaet yang berbohong telah dianiaya berbuntut
panjang. Tak hanya dilaporkan oleh berbagai pihak karena dituding menyebarkan
hoaks, Ratna juga dicopot dari jabatannya sebagai juru kampanye Prabowo-Sandi.
"BPN
sudah memutuskan memberhentikan beliau (Ratna) sebelum surat itu ada. Sejak
tadi kita tahu kebohongan dia,” kata Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi
Dahnil Anzar Simanjuntak dalam keterangannya, Rabu (3/10).
Tak
berselang lama dari keputusan pemecatan itu, Ratna kemudian melayangkan surat
pengunduran dirinya sebagai juru kampanye Prabowo-Sandi. Ratna merasa
kebohongan yang dibuatnya telah merugikan Prabowo-Sandi dan tim pemenangannya.
Surat
pengunduran diri Ratna itu ditujukan langsung kepada Prabowo dan Ketua Badan
Pemenangan Nasional (BPN), Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso.
“Setelah
kita semua dalam dua hari terakhir, terbelenggu masalah emosoinal yang terjadi
sebagai akibat perbuatan saya, maka sebagai pertanggungjawaban moral saya,
bersama ini Ratna Sarumpaet mengundurkan diri dari Tim Pemenangan Prabowo Sandi
sebagai Jurkamnas, no urut 42,” kata Ratna dalam surat resminya.
Sosok
kontroversial yang dicopot usai melakukan blunder politik tidak hanya Ratna
saja. Sebelumnya dari kubu Jokowi-Ma'ruf, pengacara Farhat Abbas juga mengalami
hal serupa.
Melalui
akun instagramnya pada September lalu, Farhat menyebut pemilih Jokowi dalam
Pilpres 2019 akan masuk surga. Sebaliknya, jika tidak memilih Jokowi akan masuk
neraka. Ia tak menyesal menyampaikan hal tersebut dan justru menantang balik
mereka yang mengkritik pernyataannya itu.
"Pilih
Jokowi masuk surgawi, pilih mereka masuk neraka. Daripada menghina, fitnah,
bully atau nyinyir orang? Mending memuliakan orang lain," ujar Farhat
kepada kumparan, Rabu (12/9).
Celotehannya
itu membuat Farhat dinonaktifkannya dari
posisinya sebagai anggota timses Jokowi-Ma'ruf.
"Setahu
saya PKB telah menarik Farhat dari daftar jubir untuk paslon presiden-wapres
Jokowi-Ma'ruf Amin sejak beberapa waktu lalu, sebelum ada statementnya yang
terakhir itu," ujar Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Arsul Sani kepada
wartawan, Kamis (13/9).
Saat
itu Arsul menegaskan apa yang disampaikan Farhat sama sekali tidak mewakili TKN
Jokowi-Ma'ruf. Arsul juga mengimbau seluruh jubir dan timses untuk menyampaikan
hal-hal yang positif kepada masyarakat. Sehingga harapannya Pemilu 2019
berlangsung dengan damai dan sejuk.
Menanggapi
blunder yang dilakukan Farhat dan Ratna tersebut, Direktur Eksekutif Indo
Barometer Muhammad Qodari mengatakan, elite politik di kedua kubu harus
melakukan mengontrol jubir maupun jurkamnya masing-masing dalam menyampaikan
statement.
"Intinya
jangan sampai jurkam malah jadi bom waktu. Dalam kasus Ratna ini kan luar biasa
presedennya. Saya bilang ini gempa politik di internal pak Prabowo shingga
efeknya adalah deligiitmasi pak Prabowo dan tim," ucap Qodari.
Apabila
kedua kubu tidak mampu menertibkan jurkam ataupun jubirnya masing-masing, maka
Qodari berpendapat hal itu bisa mendelegitimasi para paslon. Seperti di kasus
hoaks Ratna Sarumpaet, Qodari menilai telah terjadi deligitimasi bagi Prabowo
di mata publik.
"Delegitimasinya
pertama capres kok dengan mudah dibohongi main terima (info) begitu saja. Kedua
memperkuat kesan tim Prabowo seolah-olah motifasinya satu yaitu menyerang
pemerintah Jokowi," jelasnya.
Tak
hanya kepada Prabowo, deligitimasi itu menurut Qodari juga bisa menimpa jurkam
maupun jubir capres nomor urut dua tersebut. Sebab sosok kontroversial di kubu
Prabowo-Sandi seperti Ustazah Neno Warisman bisa tidak dipercaya oleh publik.
"Mungkin
tidak menurunkan elektabilitas tapi bisa mendeligitimasi pak Prabowo maju ke
depan lebih sulit. Menghalangi atau menutup ruang gerak untuk menaikkan
elektabilitasnya, karena pak Prabowo posisinya mengejar Jokowi," kata
Qodari.
Lebih
lanjut, Qodari menilai meski Farhat dan Ratna sama-sama melakukan blunder,
hoaks yang dilakukan Ratna jauh lebih berdampak ketimbang pernyataan kontroversial
Farhat.
"Tidak
bisa disamakan Ratna dan Farhat. Farhat levelnya kontroversial, kalau Ratna ini
hoaks, pembohongan publik besar-besaran," pungkas Qodari.
Sumber
: kumparan.com
0 Response to "Farhat Abbas dan Ratna Sarumpaet, Timses yang Dibuang karena Blunder"
Post a Comment