Anies Klaim Jumlah Pengungsi Kini Tak Separah Banjir Era Ahok

Jakarta,
-- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan banjir yang terjadi di
sejumlah titik di Ibu Kota tak separah banjir tahun 2015 jika dilihat dari
jumlah pengungsi. Ketika itu DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur Basuki Tjahaja
Purnama alias Ahok.
Menurut
Anies, pada 2015 jumlah pengungsi akibat banjir mencapai 230 ribu orang yang
mengungsi. Sedangkan per 27 April 2019, jumlah pengungsi karena banjir di
Jakarta mencapai 529 orang. Per 28 April pukul 23.50 WIB pun, banjir mulai
surut di sejumlah titik sehingga pengungsi berkurang menjadi 26 orang.
"Jadi
kalau dibandingkan sangat kecil dibandingkan dengan 2015," kata Anies saat
ditemui di Balai Kota, Jakarta, Senin (29/4).
Banjir
melanda sekitar 32 titik di Jakarta pada Jumat pagi akibat hujan lebat di
kawasan Bogor dan sekitarnya pada Kamis (25/4) malam. Pusat Data dan Informasi Kebencanaan, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta, mencatat dua warga
meninggal dunia akibat banjir.
Satu
korban meninggal dunia akibat terseret arus Kali Ciliwung di Kelurahan Kebon
Baru, Jakarta Selatan. Satu korban lain meninggal akibat serangan jantung di
Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur. Tapi, menurut Anies, bukan masalah
pengungsi, yang terpenting adalah mengendalikan bajir.
"Tapi
kenapa keduanya (tahun2015 dan 2019) terjadi (banjir)? Karena air hujan di hulu
tidak dikendalikan. Begitu hujan ya langsung mengalir. Kalau itu dibuatkan
waduk-waduk maka volume air yang turun akan terkendali," katanya.
Sebab
itu, kata Anies, salah satu cara untuk mencegah terjadinya banjir dalam jangka
pendek yaitu dengan membuat waduk untuk mencegah volume air yang mengalir dari
hulu ke hilir menjadi tidak terlalu besar.
"Jangka
pendek banjirnya ya tahun ini. Tahun ini ya waduknya dibereskan. Itu yang
mendasar," kata Anies.
Lebih
lanjut, Anies mengatakan pihaknya sedang dalam upaya menuntaskan proyek
pembangunan waduk Ciawi dan Sukamahi bersama pemerintah kota dan pemerintah
kabupaten Bogor. Hal ini kata dia menjadi prioritas untuk diselesaikan ke
depannya.
Naturalisasi Dikebut
Anies
mengatakan program naturalisasi sungai juga akan terus berjalan. Program
tersebut akan selesai pada akhir tahun 2019.
Naturalisasi
merupakan pembuatan terasering berundak-undak dengan dinding penahan tanah atau
batu kali ikat diselingi tanaman pengikat tanah, seperti pohon bambu, sehingga
tanah tidak mudah longsor. Tanaman itu juga bisa berfungsi sebagai habitat
satwa liar tepi sungai.
Anies
menyebutkan saat ini pihaknya sedang menjalankan proses naturalisasi sungai di
5 wilayah.
"Kami
sedang dalam proses, mudah-mudahan akhir tahun ini selesai. Salah satunya
adalah di koridor Kali Ciliwung, sampai dengan pintu air Istiqlal. Begitu
kemudian juga di Kanal Banjir Barat. Juga ada percontohan dari proses
ini," kata Anies.
Selain
naturalisasi sungai dan waduk, Anies juga menyebutkan soal proyek sodetan kali
Ciliwung. Ia mengatakan pihaknya masih berupaya berkomunikasi dengan masyarakat
soal pembebasan lahan tersebut.
Proyek
sodetan kali Ciliwung masih mandek karena pembebasan lahan yang belum tuntas.
Setidaknya ada sekitar 1,2 KM persegi di kawasan Bidaracina, Jakarta Timur yang
belum dibebaskan.
Anies
menambahkan, soal pembebasan lahan itu berkaitan dengan kepemilikan warga. Hal
itu katanya harus dibicarakan lebih jauh dengan warga. Baru setelah itu proses
lanjutan seperti pengukuran dan lain-lain bisa dibicarakan.
"Kemarin
saya baru bicara dengan Pak Kepala BPN (Badan Pertahanan Nasional) juga. Jadi
nanti akan dilakukan komunikasi lebih jauh dengan masyarakat," kata dia. [CNN
Indonesia]
0 Response to "Anies Klaim Jumlah Pengungsi Kini Tak Separah Banjir Era Ahok"
Post a Comment